Warning !!

Peringatan!! Banyak mengandung artikel atau informasi untuk khusus DEWASA.
Informasi yang ada di sini bukan sebagai pengganti anjuran dan terapi yang diberikan oleh dokter atau ahli bidang bersangkutan, namun diharapkan dapat menambah pengetahuan Anda. Sebaiknya Anda tetap mengkonsultasikan masalah Anda dengan dokter keluarga Anda atau ahli bidang bersangkutan.

Bila Anda ingin berbagi artikel/ info yang menarik dan sesuai dengan topik blog ini, silahkan berbagi dengan join dan posting ke info_pria@yahoogroups.com.
Semua sumber/ penulis dari pada artikel/ tulisan/ informasi yang dimuat sudah kami usahakan untuk dicantumkan. Bila ada kesalahan harap hubungi kami pada (info_pria-owner[at]yahoogroups[dot]com). Terima kasih.

LEBIH LENGKAP!! Dapatkan DVD Info-Pria, yang berisikan e-book, kumpulan artikel, software dan lainnya. Lebih rinci klik disini.

Wednesday, August 8, 2007

Pria STW Rentan Depresi

Bertambahnya usia berhubungan dengan menurunnya hormon seks pada pria, yaitu testosteron.

Kondisi tersebut memang banyak ditemui pada pria STW alias setengah tua. Setidaknya 30 persen dari pria berusia 55 tahun menghadapi masalah tersebut.

Menurunnya hormon testosteron ini rupanya menimbulkan banyak gejala seperti kelelahan. menurunnya gairah seksual, dan mudah marah. Meskipun belum jelas, gejala tersebut mirip dengan sindrom depresi.

Hal ini kemudian membuat para peneliti melakukan analisis rekam medis terhadap 278 pria berusia 45 tahun ke atas selama dua tahun. Sejumlah pria tersebut tidak didiagnosis depresi sebelum penelitian dilakukan, Namun, ada beberapa pria yang mempunyai kadar testosteron rendah dan normal. Pengujian hormon tersebut biasanya dilakukan bila dokter mendapati adanya masalah libido maupun fungsi seksual lain atas pasiennya.

Selama dua tahun, pria dengan kadar testosteron rendah ternyata mempunyai kemungkinan empat kali lebih besar untuk didiagnosis depresi klinis. Begitu hasil laporan Molly M. Shores, MD, peneliti dari The Veteran Affairs Puget Sound Health Care System dan Universitas Washington, Seattle, Amerika Serikat.

Menurut Molly, seperti dikutip WebMD, hal ini mungkin terjadi karena kadar testosteron yang rendah dapat memicu timbulnya gejala seperti anoreksia, kelelahan, serta penurunan libido yang berhubungan dengan mood. Di lain pihak, kondisi ini seperti yang diuji terhadap tikus, menunjukkan bahwa rendahnya harmon testosteron secara langsung dapat mempengaruhi kimiawi otak, terutama kadar serotonin.

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar serotonin pada pria paruh baya dengan depresi klinis, cukup rendah. Pria paruh baya memang lebih rentan terhadap efek tersebut. Ini karena reseptor serotonin mulai menurun akibat proses penuaan alamiah,” papar Molly.

Sayangnya, kadangkala para dokter tidak dapat mengenali gejala depresi pada pasiennya. Pun saat tanda depresi klinis terlihat jelas, para dokter masih sangat jarang melakukan pengujian kadar testosteron pada pria paruh baya.

“Karena depresi menjadi faktor risiko utama untuk kasus bunuh diri, maka identifikasi keadaan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi menjadi penting. Dengan begitu intervensi dan pengobatan dapat dilakukan sedari dini,” tambah Molly.

Pengobatan, baik untuk depresi klinis maupun kadar testosteron yang rendah, dapat memperbaiki kualitas hidup pria paruh baya. Hanya saja, Molly menegaskan penelitian lanjutan atas risiko terjadinya kanker prostat yang dihubungkan dengan terapi sulih testosteron tetap diperlukan. @ (Senior)

No comments: