Warning !!

Peringatan!! Banyak mengandung artikel atau informasi untuk khusus DEWASA.
Informasi yang ada di sini bukan sebagai pengganti anjuran dan terapi yang diberikan oleh dokter atau ahli bidang bersangkutan, namun diharapkan dapat menambah pengetahuan Anda. Sebaiknya Anda tetap mengkonsultasikan masalah Anda dengan dokter keluarga Anda atau ahli bidang bersangkutan.

Bila Anda ingin berbagi artikel/ info yang menarik dan sesuai dengan topik blog ini, silahkan berbagi dengan join dan posting ke info_pria@yahoogroups.com.
Semua sumber/ penulis dari pada artikel/ tulisan/ informasi yang dimuat sudah kami usahakan untuk dicantumkan. Bila ada kesalahan harap hubungi kami pada (info_pria-owner[at]yahoogroups[dot]com). Terima kasih.

LEBIH LENGKAP!! Dapatkan DVD Info-Pria, yang berisikan e-book, kumpulan artikel, software dan lainnya. Lebih rinci klik disini.

Thursday, April 12, 2007

Pengidap HIV Masih Abaikan Seks Aman

Umumnya, orang-orang yang telah terinfeksi HIV cenderung mengabaikan kehidupan seks yang aman. Mereka tetap saja melakukan hubungan seks dengan pasangan yang sehat tanpa alat pelindung. Bahkan, mereka tidak memberitahu bahwa dirinya telah terinfeksi. Akibatnya, segelintir saja di antaranya yang melakukan itu dapat mengakibatkan ribuan orang lain berisiko tinggi terinfeksi virus mematikan ini.

Perilaku buruk ini terungkap setelah Dr. Simon Barton melakukan penelitian terhadap perilaku dan gaya hidup orang yang telah positif mengidap HIV. Dalam penelitian tersebut dilibatkan 600 pengidap virus perusak kekebalan tersebut. Ternyata, sepertiga di antaranya tetap melakukan hubungan seks tanpa alat pelindung sejak terdiagonosa positif. Bahkan, sebagian kecil di antaranya melakukannya dengan cukup sering.

Penelitian tersebut dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada orang-orang yang membeli obat AIDS dari berbagai klinik di London. Menurut Barton, kepala Unit Penyakit Menular Seksual di Rumah Sakit Chelsea and Westminster, London, memang ada kecenderungan bahwa pengidap HIV langsung merasa sembuh setelah menggunakan obat. Akibatnya, mereka akan mudah kembali lagi ke kebiasaan seks bebas dan tidak aman.

Pakar lain juga mengamini bahwa perilaku ceroboh seperti ini merupakan faktor utama pesatnya penyebaran penyakit menular seksual, termasuk HIV. Penyebab sebagian besar orang yang tertular penyakit ini hanyalah segelintir orang yang perilaku seksnya sangat berisiko. Mereka ini sering disebut sebagai super-spreader (penular terbesar).

Sialnya, sebagian di antaranya dengan sengaja tidak mau mengubah perilaku berbahaya ini. Mereka telah sadar akan risikonya, namun tetap saja melakukan hubungan seks yang tidak aman. Sebagian penderitanya pun mengaku bahwa seks yang tidak aman ini makin lazim di kalangan penderita HIV, khususnya setelah munculnya obat-obat penghambat protease dan jenis obat HIV lainnya.

Lalu bagaimana cara mengatasi persoalan ini? Di Skotlandia, orang semacam ini sudah diancam hukuman karena kesengajaan menyebabkan kerugian pada orang lain. Di Inggris sendiri, perlindungan terhadap sikap sembrono seperti ini telah mendapat sorotan dan direncanakan akan segera diberlakukan dalam sistem hukumnya. Orang yang sengaja menularkan penyakitnya tanpa sepengetahuan orang lain dianggap sebagai pelecehan terhadap hak pribadi.

Tidak mustahil perilaku yang sama juga telah merebak di Indonesia. Soalnya, tingkat penyebaran HIV di negeri ini dianggap sebagai salah satu yang cukup memprihatinkan. Selain itu, tingkat kesadaran tentang seks yang aman pun masih sangat rendah. Apakah sistem hukum juga bisa menjadi benteng pertahanan terakhir bagi orang-orang yang masih bebas HIV? Semoga saja!

No comments: