Warning !!

Peringatan!! Banyak mengandung artikel atau informasi untuk khusus DEWASA.
Informasi yang ada di sini bukan sebagai pengganti anjuran dan terapi yang diberikan oleh dokter atau ahli bidang bersangkutan, namun diharapkan dapat menambah pengetahuan Anda. Sebaiknya Anda tetap mengkonsultasikan masalah Anda dengan dokter keluarga Anda atau ahli bidang bersangkutan.

Bila Anda ingin berbagi artikel/ info yang menarik dan sesuai dengan topik blog ini, silahkan berbagi dengan join dan posting ke info_pria@yahoogroups.com.
Semua sumber/ penulis dari pada artikel/ tulisan/ informasi yang dimuat sudah kami usahakan untuk dicantumkan. Bila ada kesalahan harap hubungi kami pada (info_pria-owner[at]yahoogroups[dot]com). Terima kasih.

LEBIH LENGKAP!! Dapatkan DVD Info-Pria, yang berisikan e-book, kumpulan artikel, software dan lainnya. Lebih rinci klik disini.

Wednesday, August 8, 2007

Waspadai Berkurangnya Hormon Testoteron

Sudah beberapa waktu belakangan ini Harun sering merasa gampang lelah, sulit berkonsentrasi, sering berkeringat, sulit tidur dan mengalami penurunan libido serta frekuensi ereksi.

Pria paruh baya ini tidak menyadari bahwa gejala yang mengakibatkan berkurangnya kualitas hidup tersebut sebenarnya disebabkan karena berkurangnya hormon testoteron atau andropause.

Testoterone Deficiency Syndrome (TDS), andropause, atau sindrom kekurangan testoteron merupakan suatu keadaan di mana produksi testoteron dari testis tidak cukup. Berkurangnya hormon ini pun akan mengakibatkan terganggunya metabolisme, disregulasi insulin (tingkat kadar gula darah abnormal), kolesterol tinggi serta hipertensi ringan. Pada akhirnya akan mengarah pada penyakit diabetes melitus dan jantung.

Testoteron sendiri merupakan hormon seks pria yang paling penting. Hormon ini berperan dalam seksualitas, pembentukan fisik, mental dan performa pria. Pada anak laki-laki, hormon ini bertanggung jawab pada masa pubertas mereka. Sedangkan pada pria dewasa, hormon ini berperan penting untuk meningkatkan gairah seksual, pembentukan otot dan pengurangan massa lemak, vitalitas, hingga rasa percaya diri pada pria.

Menurut Prof.Dr.dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, puncak hormon pada pria terjadi pada usia 20-30 tahun. "Saat berusia 20 tahun, produksi semen (sperma) seorang pria bisa mencapai 700 juta. Setelahnya terjadi penurunan 6-7 juta pertahun," paparnya. Sekurang-kurangnya 5-7 mg testoteron dibuat oleh testis setiap hari.

Berkurangnya libido dan penurunan frekuensi ereksi adalah gejala umum yang paling sering terjadi akibat TDS, untuk itu jika gejala ini muncul, dokter menyarankan agar seseorang segera memeriksakan tingkat testoteronnya.

Sejatinya, penurunan kadar testoteron seorang pria disebabkan karena faktor penuaan, biasanya akan berkurang secara bertahap mulai usia 40 tahun, tetapi ada pula penyebab lain, yaitu gangguan fungsi testis (kemungkinan keturunan), keracunan, tumor, operasi, dan sebagainya. Selain pada pria dewasa, kekurangan testoteron juga bisa terjadi pada janin dan anak laki-laki.

Kekurangan testoteron pada janin bisa menyebabkan ketidaknormalan posisi testis dan ukuran penis yang sangat kecil (mikropenis). Sedangkan pada anak laki-laki sebelum masa pubertas akan menyebabkan tanda-tanda kejantanan tidak akan muncul, seperti tidak adanya perubahan suara, penis seperti anak kecil, tidak ada bulu di wajah dan badan, kulit kering, tidak berjerawat dan muka pucat.

Segera periksa

Saat timbul gejala yang menunjukkan kekurangan testoteron, sebaiknya seorang pria langsung datang ke dokter untuk memeriksakan kadar testoteronnya. "Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi mengukur tensi, berat badan, lingkar pinggang, pemeriksaan colok dubur, pertumbuhan organ seks, serta yang paling penting pemeriksaan laboratorium," kata dr.Nugroho Setiawan, MS.SpAnd dari RSUP Fatmawati Jakarta.

Saat terbaik untuk mengukur kadar testoteron adalah antara pukul 07.00 sampai 11.00, karena ini adalah saat berlangsungnya produksi testoteron pada testikel. Seorang pria dianggap menderita TDS bila kadar testoteron dalam darahnya berada di bawah 12 nmol per liter. Sebagai perbandingan, kisaran normal adalah 12 nmol per liter - 40nmol per liter.

Jika kadar testoteron berada di bawah normal, para ahli androlog merekomendasikan pasien untuk melakukan terapi testoteron untuk mengembalikan kadar normal testoteron untuk mengurangi gejala dan mencegah efek lanjutan dalam jangka waktu lama.

Efektivitas terapi testoteron telah dibuktikan selama bertahun-tahun. Ada berbagai cara penggunaan testoteron, mulai dari yang berupa gel dan ditempel (transdermal - lewat kulit), oral, serta injeksi. Tentang injeksi, jika dulu metode injeksi testoteron perlu dilakukan setiap dua sampai empat minggu sekali, kini sudah diperkenalkan terapi injeksi yang bisa dilakukan setiap 3 bulan sekali.

Terapi testoteron jenis undecanoate ini sudah beredar di banyak negara, termasuk di Indonesia sejak bulan September 2006. Seperti injeksi pada umumnya, penyuntikan testoteron menimbulkan rasa sakit sesaat karena kandungan minyak pada sediaan injeksi pelan-pelan harus didistribusikan ke dalam otot.

Keistimewaan terapi ini menurut dr.Nugroho adalah hampir tidak memiliki efek samping, selama diberikan dalam dosis yang tepat. Kendati begitu, ia menyebutkan bahwa terapi ini tidak disarankan bagi pasien dengan kanker prostat.
(An)

No comments: