Warning !!

Peringatan!! Banyak mengandung artikel atau informasi untuk khusus DEWASA.
Informasi yang ada di sini bukan sebagai pengganti anjuran dan terapi yang diberikan oleh dokter atau ahli bidang bersangkutan, namun diharapkan dapat menambah pengetahuan Anda. Sebaiknya Anda tetap mengkonsultasikan masalah Anda dengan dokter keluarga Anda atau ahli bidang bersangkutan.

Bila Anda ingin berbagi artikel/ info yang menarik dan sesuai dengan topik blog ini, silahkan berbagi dengan join dan posting ke info_pria@yahoogroups.com.
Semua sumber/ penulis dari pada artikel/ tulisan/ informasi yang dimuat sudah kami usahakan untuk dicantumkan. Bila ada kesalahan harap hubungi kami pada (info_pria-owner[at]yahoogroups[dot]com). Terima kasih.

LEBIH LENGKAP!! Dapatkan DVD Info-Pria, yang berisikan e-book, kumpulan artikel, software dan lainnya. Lebih rinci klik disini.

Sunday, August 5, 2007

Mitos Keperawanan

Keperawanan ternyata masih dipegang erat. Banyak kalangan di masyarakat yang meyakini jika hilangnya keperawanan sebelum pernikahan merupakan hal yang memalukan.

Selaput dara yang tampak secara fisik, sering dipakai sebagai bukti keperawanan. Karena itu berkembang persepsi tentang seksualitas yang menyatakan bahwa terkoyaknya selaput dara dengan keluarnya darah ini diyakini hanya terjadi saat seorang wanita baru pertama kali berhubungan seks.

Faktanya tidak ada yang disebut "darah perawan” itu. Demikian diungkapkan Prof. Wimpie Pangkahila, Sp.And, dari pusat Andrologi dan Seksologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali. Selanjutnya disebutkan bahwa wanita yang secara seksual tidak terangsang atau mengalami hambatan psikogenik (psikis dan genetika), bisa jadi mengalami perdarahan saat melakukan hubungan. Sebaliknya, wanita yang terangsang secara seksual dan tak mengalamm hambatan psikogenik tidak akan mengalami perdarahan saat berhubungan seksual, sekalipun ini merupakan pengalaman seksualnya yang pertama. Dengan demikian, jelas sudah dan tidak diragukan bahwa persoalan ‘darah perawan’ hanyalah mitos belaka.

Sayangnya, mitos “darah perawan” ini kerap kali memunculkan masalah yang justru merugikan wanita. Sang suami bisa jadi dengan mudah menceraikan si istri gara-gara tidak melihat "darah perawan” saat mereka berhubungan seksual. Di negara seperti Turki, uji keperawanan atas permintaan klien yang dilakukan para dokter yang tergabung dalam Turkish Medical Association menemukan bahwa uji ini tidak menghasilkan apa-apa. Terkoyaknya selaput dara tidak berarti bahwa Si Perempuan tersebut sudah melakukan hubungan seksual. Bisa jadi ini terjadi akibat penggunaan tampon atau masturbasi menggunakan alat dan sempat menyentuh atau merusak vagina. Di sisi lain ada juga wanita yang secara kongenital atau sejak lahir tidak memiliki selaput dara. Angkanya sekitar 0,03 persen. Bagaimana menurut Anda?

Sumber: CBN

No comments: