Warning !!

Peringatan!! Banyak mengandung artikel atau informasi untuk khusus DEWASA.
Informasi yang ada di sini bukan sebagai pengganti anjuran dan terapi yang diberikan oleh dokter atau ahli bidang bersangkutan, namun diharapkan dapat menambah pengetahuan Anda. Sebaiknya Anda tetap mengkonsultasikan masalah Anda dengan dokter keluarga Anda atau ahli bidang bersangkutan.

Bila Anda ingin berbagi artikel/ info yang menarik dan sesuai dengan topik blog ini, silahkan berbagi dengan join dan posting ke info_pria@yahoogroups.com.
Semua sumber/ penulis dari pada artikel/ tulisan/ informasi yang dimuat sudah kami usahakan untuk dicantumkan. Bila ada kesalahan harap hubungi kami pada (info_pria-owner[at]yahoogroups[dot]com). Terima kasih.

LEBIH LENGKAP!! Dapatkan DVD Info-Pria, yang berisikan e-book, kumpulan artikel, software dan lainnya. Lebih rinci klik disini.

Thursday, April 12, 2007

Seks Pra Nikah Turun Karena Remaja Putri Lebih Memilih

Perubahan tahun nampaknya mempengaruhi tingkat hubungan seksual pra nikah yang sebelumnya banyak terjadi. Ini menurut data di AS sana loh! Katanya, karena remaja putri sekarang lebih memilih melakukan hubungan seksual dengan orang yang mempunyai hubungan romantis, maka remaja putra banyak yang tidak melakukan hubungan seks ketika usia mereka antara 15 sampai 17 tahun. Kalau selama ini ada anggapan bahwa semua mahluk hidup melakukan hubungan seks, entah itu burung atau lebah. Tetapi tidak semua remaja melakukan hal itu sekarang ini.

Ternyata jumlah remaja, terutama pria, yang melakukan hubungan seks pra nikah turun sebagai akibat dari semakin sadarnya remaja perempuan tentang arti sebuah hubungan cinta.

Jumlah remaja pria berusia 15 sampai 17 tahun yang melakukan hubungan seks dalam 10 tahun terakhir ini turun sampai 8,5%. Ini menunjukkan bahwa para remaja semakin bertanggung jawab terhadap masalah hubungan seks ini. Terbukti dengan menurunnya angka kehamilan, aborsi dan penyakit menular seksual di kalangan mereka.

Tetapi itu baru penelitian yang dilakukan seorang sosiolog AS. Bagaimana dengan kondisi di negeri sendiri, nampaknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Hasil penelitian ini datang dari Barbara Risman dari Universitas Negeri Carolina Utara dan Pepper Schwarz dari Universitas Washington, yang terbit di jurnal Context, sebuah penerbitan yang dikeluarkan oleh Asosiasi Sosiologi AS.

Analisa penelitian ini datang dari survei Perilaku Berisiko Remaja dari Pusat Pengawas Penyakit (CDC) terhadap lebih dari 10 ribu pelajar SMU, dan juga data dari sumber-sumber lainnya.

Analisa data CDC oleh Risman dan Schwartz menunjukkan bahwa jumlah remaja berusia 15 sampai 17 tahun yang melakukan hubungan seks turun dari 54,1% di 1991 ke 48,4% di tahun 1997.

Data lainnya menunjukkan turunnya angka kehamilan remaja hingga 14%. Ini merupakan angka terendah sejak 1975. Dan angka aborsi remaja turun 31% antara tahun 1986 dan 1996.

Menurut hasil penelitian ini, menurunnya angka ini bukan karena sekarang remaja lebih konservatif atau pun mengikuti nilai-nilai seperti yang diajarkan di tahun 1950-an, tetapi permasalahannya lebih kompleks lagi, yaitu masalah gender.

Mereka menemukan bahwa secara kesuluruhan angka aktivitas seksual di kalangan remaja turun 5,7% kebanyakkan disebabkan karena menurunkan remaja pria yang melakukan hubungan seks ketika berusia 15 sampai 17 tahun. Angka remaja putri yang aktif melakukan hubungan seks lebih rendah pada periode yang sama yaitu dari tahun 1991-1997 sebanyak 50,8% menjadi 47,7%.

Yang berubah di tahun 1990an yang terkait dengan hubungan seks di kalangan remaja SMU adalah adanya norma budaya di kalangan para gadis remaja dalam urusan seks. Remaja putri sekarang menilai aktivitas seks merupakan suatu yang pribadi, bukan untuk diumbar, yaitu benar-benar hubungan romantis. Karena itulah anak laki-laki lebih sering mulai melakukan hubungan seksual yang pertama kalinya dengan pacarnya.

Ini kontras dengan ketika terjadi revolusi seksual pra nikah yaitu ketika remaja pria sering melakukan hubungan seks dengan remaja yang disebut 'abg nakal' atau 'perek' yang berada di luar lingkaran sosial mereka.

"Ini bukan berarti anak perempuan sekarang tidak melakukan hubungan seks, tetapi mereka berpikir untuk melakukannya dengan pacarnya," kata Schwartz. Tetapi masalahnya, definisi pacar itu sekarang sudah berubah, dan ini sering membuat orang tua kesal. Soalnya hubungan pacaran bisa hanya dilakukan setiap bulan, dan ganti pacar lagi. Jadi bukan pada pacaran yang serius yang bisa berlangsung sampai dua tahunan, katanya menambahkan.

No comments: