Warning !!

Peringatan!! Banyak mengandung artikel atau informasi untuk khusus DEWASA.
Informasi yang ada di sini bukan sebagai pengganti anjuran dan terapi yang diberikan oleh dokter atau ahli bidang bersangkutan, namun diharapkan dapat menambah pengetahuan Anda. Sebaiknya Anda tetap mengkonsultasikan masalah Anda dengan dokter keluarga Anda atau ahli bidang bersangkutan.

Bila Anda ingin berbagi artikel/ info yang menarik dan sesuai dengan topik blog ini, silahkan berbagi dengan join dan posting ke info_pria@yahoogroups.com.
Semua sumber/ penulis dari pada artikel/ tulisan/ informasi yang dimuat sudah kami usahakan untuk dicantumkan. Bila ada kesalahan harap hubungi kami pada (info_pria-owner[at]yahoogroups[dot]com). Terima kasih.

LEBIH LENGKAP!! Dapatkan DVD Info-Pria, yang berisikan e-book, kumpulan artikel, software dan lainnya. Lebih rinci klik disini.

Thursday, April 12, 2007

Ada Apa Dengan AIDS, Sekarang? Tak Sebatas Pita Merah

Oleh: Meita Annisa & S. Dian Andryanto

HIV/AIDS terus menjadi momok bagi setiap orang. Obat belum ditemukan, korban terus berjatuhan. Antisipasi dengan gaya hidup sehat. Hindari pula diskriminasi pada korbannya.

Dua puluh tahun lalu, banyak orang masih menganggap angin lalu persoalan penyebaran virus yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Sepuluh tahun kemudian, orang-orang terbuka mata dan pikirannya tentang dampak yang ditimbulkannya. Empat huruf, AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), seakan menjadi momok manusia bumi. Pita merah pun banyak dikenakan sebagai kepedulian terhadap korban yang berjatuhan.

Badan kesehatan dunia pun mencanangkan setiap 1 Desember sebagai peringatan eksistensi penyakit maut yang ditemukan sejak awal tahun 1980-an itu. Pada 2001, UNAIDS (United Nasional Joint Program on HIV/AIDS) memperkirakan jumlah ODHA mencapai 40 juta. Dari jumlah itu, sekitar 70 persen tersebar di sub-Sahara, Afrika. Belum lama ini, UNICEF atau badan PBB urusan anak-anak mengatakan 18 juta anak-anak di kawasan sub-Sahara Afrika bisa menjadi anak yatim karena AIDS sebelum akhir tahun 2010.

Meskipun diskriminasi terhadap penderita AIDS semakin hari tampak berkurang, kewaspadaan terhadap AIDS pun kelihatan makin tipis. Beberapa tahun lalu, selebritis, publik figur, tokoh masyarakat, bahkan pers beramairamai menunjukkan peduli AIDS, tapi belakangan menipis seiring merosotnya “tren” AIDS sebagai bahan pembicaraan. Memprihatinkan.

AIDS sebagai sekumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). “Jika HIV berhasil masuk ke tubuh seseorang, yang akan diserang adalah sel darah putih. Itu sebabnya penderita HIV gampang terserang penyakit,” kata Robiyana, Recruitment & Training Coordinator untuk Yayasan AIDS Indonesia.

HIV, si biang itu, hidup pada cairan tubuh seseorang yang sudah terinfeksi seperti dalam darah, sperma, atau cairan vagina. Tidak ada tanda khusus atau gejala-gejala yang menandakan seseorang terjangkit HIV. Satu-satunya cara mendeteksi hanya dengan tes darah. Lebih lanjut, menurut dr. Kartono Mohammad, penderita HIV bisa hidup normal laiknya orang biasa sekitar lima sampai 10 tahun. “Takdir itu di tangan Tuhan, jadi tidak benar jika penderita HIV positif langsung divonis tidak bisa bertahan lama. Semangat hidup turut memengaruhi,” kata Ketua Gerakan Nasional Perlindungan Pasien (GNPP) ini.

Berbagai faktor turut memicu bertambahnya korban akibat keganasan virus yang belum ditemukan penawarnya ini. Mulai gaya hidup, kemiskinan, pendidikan rendah, serta sosialisasi yang kurang membawa Indonesia dalam daftar masyarakat rawan HIV/AIDS. Sebagai catatan, kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan pada 15 April 1987. Seorang wisatawan Belanda, Edward Hop, 44 tahun, dinyatakan meninggal karena AIDS di Rumah Sakit Sanglah, Bali.

Hal itu juga diperparah oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya AIDS. “Masyarakat harus aktif dalam upaya pencegahan HIV/AIDS, karena virus ini hanya bisa dicegah, tidak bisa diobati,” ujar mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia ini.

Kurangnya kepedulian masyarakat terjawab dengan data-data yang menunjukkan penderita HIV/AIDS semakin bertambah dari tahun ke tahun. Hingga Juni 2005, di Indonesia tercatat 3.739 untuk HIV positif dan 3.359 untuk AIDS positif, sedangkan yang meninggal sudah mencapai 828 orang. Namun, menurut Robiyana, angka-angka yang tercatat itu merupakan fenomena gunung es. “Angka itu berasal dari mereka yang melapor setelah mengetahui positif HIV, tapi jumlah yang tidak melapor tidak pernah kami ketahui,” kata gadis jebolan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka ini.

Selain kurangnya kesadaran masyarakat, penyakit ini memang belum ada penawarnya. Kalaupun ada, itu hanya sebatas penghambat pertumbuhan HIV di tubuh. ARV (Antiretrol Viral) menjadi santapan wajib bagi penderita HIV/AIDS. Obat ini tersedia dalam berbagai jenis, tergantung kebutuhan penderitanya.
Tanpa ARV, seseorang positif HIV mudah terserang penyakit. Bahkan, bisa meninggal hanya karena flu maupun diare. “Fungsi obat ini supaya daya tahan tubuh tidak cepat habis, tapi tidak untuk memusnahkan HIV-nya,” kata dokter pendiri Yayasan AIDS Indonesia ini.

Memang, belum ada yang tahu pasti bagaimana sebenarnya sejarah virus HIV. Banyak pakar menduga virus ini berasal dari babon, sejenis kera yang hidup di Afrika. Tapi, ada juga yang beranggapan HIV muncul karena perkembangan lingkungan yang memaksa virus ini untuk migrasi. “Mungkin contoh kasusnya seperti flu burung, mengapa penyakit ini baru ada sekarang? Mengapa tidak dari dulu?” kata Robiyana.

Tahun ini, hari AIDS sudah 18 kali diperingati di seluruh dunia. Berbagai kampanye serta peringatan tak lelah dilontarkan pemerintah, LSM, maupun badan-badan lain yang peduli. Berbagai harapan dipanjatkan agar dunia bisa bebas dari belenggu HIV. Namun, semua kembali pada kesadaran individu untuk mau bersama-sama memerangi AIDS. Seperti yang dituturkan aktris kawakan Elizabeth Tylor, “It is bad enough that people are dying of AIDS, but no one should die and of ignorance.”

Kampanye global untuk mencegah infeksi baru HIV/AIDS diluncurkan UNICEF tahun ini, melalui slogan Unite for Children, Unite against AIDS (bersatu untuk anak, bersatu melawan AIDS). Kampanye itu langsung dilakukan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan.

Menyadari sebuah gaya hidup tak harus berakibat AIDS, satu langkah bijak. Sematkan pita merah dalam hati, sekarang.

--------------------------------------------------------
5 CARA MENEPIS AIDS

1. Menerapkan cara hidup sehat dan menjauhi perilaku seksual berisiko.


2. Setia pada pasangan seksual atau gunakan “pelindung” yang berkualitas, jika memang ingin berganti pasangan.

3. Pilihlah jarum suntik yang higienis jika memang memerlukannya. Pastikan Anda melihat jarum tersebut memang masih baru.

4. Khitanan dapat mengurangi risiko tertular HIV karena alasan biologis.

5. Hindari transfusi darah yang belum terbukti negatif HIV.


HIV DAN AIDS DI DUNIA

1. Sekitar 40 juta orang hidup dengan HIV (2,2 jutanya adalah anak-anak).

2. Sebanyak 5 juta orang baru-baru ini terbukti positif HIV pada 2004.

3. Hanya 700 ribu atau sekitar 12 persen dari total keseluruhan pasien di negara berkembang yang menerima obat anti- HIV.

4. Sekitar 90 persen orang yang hidup dengan HIV berasal dari negara berkembang.

5. Peringkat terbesar untuk kasus HIV positif datang dari negara di Asia Tengah, Asia Timur, serta Eropa Barat.

6. Satu orang penderita HIV positif menghabiskan sekitar US$300 untuk konsumsi ARV atau obat anti-HIV.

7. Hingga kini, sudah lebih dari 20 juta orang dinyatakan meninggal karena AIDS.

Sumber:
http://www.worldaidsday.org

(majalahmanly.com)

No comments: