Warning !!

Peringatan!! Banyak mengandung artikel atau informasi untuk khusus DEWASA.
Informasi yang ada di sini bukan sebagai pengganti anjuran dan terapi yang diberikan oleh dokter atau ahli bidang bersangkutan, namun diharapkan dapat menambah pengetahuan Anda. Sebaiknya Anda tetap mengkonsultasikan masalah Anda dengan dokter keluarga Anda atau ahli bidang bersangkutan.

Bila Anda ingin berbagi artikel/ info yang menarik dan sesuai dengan topik blog ini, silahkan berbagi dengan join dan posting ke info_pria@yahoogroups.com.
Semua sumber/ penulis dari pada artikel/ tulisan/ informasi yang dimuat sudah kami usahakan untuk dicantumkan. Bila ada kesalahan harap hubungi kami pada (info_pria-owner[at]yahoogroups[dot]com). Terima kasih.

LEBIH LENGKAP!! Dapatkan DVD Info-Pria, yang berisikan e-book, kumpulan artikel, software dan lainnya. Lebih rinci klik disini.

Sunday, February 4, 2007

Emosi Tinggi, Libido Menurun

Kaitan bahwa emosi bisa mempengaruhi hasrat bercinta sebetulnya sudah lama diketahui orang. Tapi, apa yang sebenarnya terjadi, belum tentu mereka tahu. Maka itulah, ketika adegan di kamar tidur tak berlangsung mulus, segera saja orang mulai gelisah. Ada yang menyalahkan pasangan, ada juga yang menyalahkan tubuhnya sendiri. Padahal, bisa jadi emosilah penyebabnya.


Para ahli seks mengatakan bahwa, respons seksual terjadi dengan refleks. Kita menyadari adanya stimulus fisik maupun mental, lalu pesan ini disampaikan ke otak. Otak lalu memberi perintah lewat sepanjang tulang belakang ke berbagai bagian yang berbeda di tubuh. Lantas, diintruksikanlah pelbagai cara untuk merespons, misalnya dengan menaikkan aliran darah, adrenalin, dan sebagainya.

Emosi mendorong dan mengganggu
Di dalam tubuh, emosi mendorong bercampurnya efek kimia dan listrik. Mereka memfasilitasi atau mengganggu pesan-pesan seksual. Misalnya, jika pasangan Anda mengatakan, "Kulitmu halus sekali, enak rasanya,", maka emosi Anda akan memfasilitasi respons seksual.

Hal sebaliknya akan terjadi bila pasangan Anda salah memanggil nama. Dorongan seks Anda bisa-bisa lenyap. Ini juga yang terjadi bila Anda sedang merasa marah, gelisah, sedih, dan frustasi, yang akan direfleksikan pada gangguan ereksi, lubrikasi, atau orgasme.

Banyak orang mentoleransi emosi negatif selama melakukan hubungan seks. Meskipun seks terasa tidak nyaman, orang tak segera sadar untuk memperbaikinya. Ini mungkin terjadi karena mereka mencemaskan performance-nya, sedang takut atau marah karena sesuatu hal, atau sedih karena kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Ketika emosi-emosi itu terjadi, tak jarang tubuh tak mampu berespon dengan baik. Kita lalu menyalahkan diri sendiri ketimbang menyalahkan situasi. Ini adalah saat-saat awal ketika kita percaya bahwa tubuh kita mengalami disfungsi seksual. Kita tak sadar bahwa emosilah yang membuat respons tubuh berkurang, bukan karena sistem tubuh tak berfungsi.

Tubuh bukan komputer
Karena bukan komputer, tubuh kita merespon faktor-faktor irasional seperti ekspektasi, memori, dan emosi. Ini berarti, kesadaran akan emosi sangat penting bagi kepuasan seks. Bila perasaan Anda terluka, terkejut, atau bingung, maka respons seksual yang mengikutinya akan seperti itu pula.

Anda bisa menyadari hal itu dengan memperhatikan 'alat-alat' Anda. Penis bisa tiba-tiba mengerut, vagina yang 'marah' menutup erat, bahkan mulut Anda pun tak bisa menikmati ciuman yang bergairah.

Karena itu, bila seks tak berjalan memuaskan, akuilah bahwa Anda sedang tidak nyaman. Diskusikan pada pasangan Anda bila hal itu mungkin. Ingat, selama emosi Anda terganggu, hubungan seks Anda pun akan terganggu. Perbaiki dulu emosi Anda.

No comments: