Warning !!

Peringatan!! Banyak mengandung artikel atau informasi untuk khusus DEWASA.
Informasi yang ada di sini bukan sebagai pengganti anjuran dan terapi yang diberikan oleh dokter atau ahli bidang bersangkutan, namun diharapkan dapat menambah pengetahuan Anda. Sebaiknya Anda tetap mengkonsultasikan masalah Anda dengan dokter keluarga Anda atau ahli bidang bersangkutan.

Bila Anda ingin berbagi artikel/ info yang menarik dan sesuai dengan topik blog ini, silahkan berbagi dengan join dan posting ke info_pria@yahoogroups.com.
Semua sumber/ penulis dari pada artikel/ tulisan/ informasi yang dimuat sudah kami usahakan untuk dicantumkan. Bila ada kesalahan harap hubungi kami pada (info_pria-owner[at]yahoogroups[dot]com). Terima kasih.

LEBIH LENGKAP!! Dapatkan DVD Info-Pria, yang berisikan e-book, kumpulan artikel, software dan lainnya. Lebih rinci klik disini.

Tuesday, August 21, 2007

Apa Yang Lebih Disukai PRIA Dari WANITA..?

Secara naluriah pria dan wanita mempunyai daya saling tarik, kata dr. WM. Roan, seorang psikiater.

Namun, nyatanya apa yang kita jumpai malah sering tidak begitu. Mereka saling tidak menyukai. Apa sebab?

Soal suka dan tidak suka memang tidak tetap. Sesuatu yang pada suatu saat amat disukai kalau diberikan bertubi-tubi, biasanya akan membosankan. Lalu tidak disukai.

Juga sesuatu yang dirasa ngenyek (merendahkan harga diri), menyakitkan hati, dan menjengkelkan dari seorang wanita, biasanya akan membuat seseorang tidak suka.

Menurut dr. Roan, ada sederet sifat wanita yang disukai pria seperti: feminin, penuh perhatian, berpenampilan menarik meski kurang rupawan, dapat bercinta dan beremosi , memiliki rasa kasih sayang, sehat dan ulet (tahan banting), mendukung suami dalam karya, tapi tetap mengalah sebagai kopilot suaminya, bersikap anggun, mudah bergaul berbudi bahasa halus, bersikap modern, dan tekun beribadah.

Sementara beberapa hal dan sifat dari wanita yang tak disukai pria, misalnya: bentuk tubuh yang kaku seperti laki-laki, sudah tidak rupawan dandanannya memuakkan, rapuh, mudah putus asa, tidak dapat berdikari, atau malah terlalu berdikari seolah-olah tidak butuh perlindungan pria, terlalu banyak komentar, dan terlalu mengatur tindakan suami, walaupun feminin tapi tidak anggun, memberi kesan murahan, kurang berbudaya dan suka ngenyek (merendahkan orang lain), sok suci dan menjauhi kehidupan duniawi.

Apa usaha wanita membuang --atau paling tidak mengurangi-- sifat yang tidak disukai pria itu? Paling tidak, usaha itu harus dapat membuat pria mengerti, sehingga tidak lagi tidak suka (gara-gara tadinya tidak mengerti).

Sebaiknya wanita mencoba menelaah sifat masing-masing yang tidak disukai itu. Lalu mempertimbangkan apa untungnya mempertahankan sikap dan sifat yang tidak disukai itu terus-menerus.

Kalau sudah menyadari, selanjutnya carilah sifat-sifat mana yang masih menyenangkan pria (pasangan kita) itu. Semuanya didaftar, lalu disampaikan kepadanya. Diharapkan ia mau membacanya dan secara tulus mencoba mengerti, kemudian menerimanya dan bertindak sesuai yang diharapkan.

Apa yang Lebih Disukai Pria dari Wanita..?

· Begitu pertanyaan yang diajukan Arswendo Atmowiloto, ketika berbicara dalam seminar Pria tentang Wanita, beberapa waktu lalu.

Pastilah sifatnya sebagai seorang ibu, jawabnya ketika itu, yang membuatnya merasa bersalah tapi tak berdosa. Juga yang membuatnya tidak ragu lagi bahwa ia dicintai.

Menurut Wendo, wanita begitu teliti sampai ada cerita bahwa sehari sesudah Hawa diciptakan, begitu bangun tidur, ia memeriksa tulang rusuk Adam. Jangan-jangan ada lagi yang hilang, alias ada Hawa lain di samping yang sudah ada. Pria normal rata-rata tidak teliti seperti itu.

Perbedaan menghadapi suatu masalah itu makin besar setelah pria dan wanita terikat tali perkawinan. Pada pagi hari misalnya, pria yang sudah segar kembali karena beristirahat pulas pada malam sebelumnya akan mengajak istrinya untuk mengadakan morning show. Panggilan pagi ini bagi pria wajar saja. Namun, bagi wanita yang sudah mempunyai anak, pikiran pertama pada saat yang sama itu ialah bagaimana menyiapkan sarapan pagi dan membereskan rumah yang ditinggal acak-acakan tadi malam. Titik perhatiannya jadi lain, tidak sama dengan pria suaminya.

Pada siang hari, pria yang normal akan menghabiskan waktu terbaiknya untuk menemukan pengakuan dininya. Ia mau bekerja lebih baik dan berprestasi lebih besar dan pada kemarinnya, supaya cepat naik pangkat dan gaji, sampai jam kerjanya lebih dari biasa. Main golf sore-sore dan bersantap malam bersama pembesar dan bos (atau tamunya) merupakan bagian dari kegiatannya. Bukan semata-mata karena soal berapa yang diperoleh seketika itu, tapi demi masa depan kariernya. Bisa diduga bahwa ini semua harus ditebus dengan saat istirahatnya di rumah dan detik-detik bahagia bersama keluarga yang sudah sekian lama ditinggalkannya.

Dinamika inilah yang perlu dipahami dan bisa diwadahi.

Penyesuaian dinamika ini akan selalu dan selalu menimbulkan masalah dengan bentuknya yang selalu baru. Idiom-idiomnya juga baru, termasuk tadinya suka begini, sekarang kok tidak begitu, tutur Wendo.

Yang wajar saja

· Apa yang perlu dilakukan wanita untuk memahami kenakalan kaum pria?

Untuk jangka pendek, menurut Wendo, sebaiknya wanita mencoba larut dan mengikuti dinamika yang ada. Atau mencari jalan (lain) untuk bisa mengikuti kesukaan pria masing-masing.

Untuk jangka panjang, barangkali juga perlu mempersiapkan generasi muda agar mereka tidak menjadikan ibu sebagai sumber pembentukan suka dan tidak sukanya kaum pria. Jangan-jangan kita nanti menghadapi dilema seperti pria yang memindahkan kecemasan masa yang akan datang ke masa sekarang. Pria ini sudah cukup umur dan mempunyai pekerjaan yang memadai penghasilannya, tetapi tetap saja masih membujang. Ketika ditanya sahabatnya mengapa begitu, ia menjelaskan, Ibu selalu tidak setuju pilihan saya. Si Ani (nama kecil) dibilang nyinyir, si Cindy (nama samaran) tidak menghormati mertua, si Daisy (bukan nama sebenarnya) terlalu kaku rambutnya. Jadi, niscaya juga kaku hatinya!

Kalau itu soalnya, nasihat sahabatnya, pilih saja yang sifatnya persis seperti ibumu.

Hah! Sudah saya lakukan, tapi ganti ayah yang tidak setuju!

Jadi?

Mestinya ya yang wajar saja. Tak usah mencemaskan sesuatu yang terjadinya mungkin masih besoook sekali. Belum tentu lagi!

Ada yang cemburu, ada yang berpoligami

· Bagaimana pandangan pria tentang kecenderungan kaum wanita modern zaman sekarang ini?

Kaum wanita Indonesia sekarang makin banyak yang minta kedudukan yang sama dengan pria dalam pendidikan, dalam karier, dsb. Di sana-sini memang masih ada yang sesudah kawin terus tinggal di rumah, masuk dapur, mengurus anak, dan tidak mau tahu bagaimana keadaan suaminya di luar rumah (dimana bekerjanya, bagaimana sifat kerjanya, bagaimana lingkungan pergaulannya dalam pekerjaan, dsb.).

Kalau wanita tetap seperti itu, ia tidak akan bisa menjadi mitra yang menyenangkan dalam perjuangan hidup suaminya. Sebaliknya, kalau wanita mempunyai kedudukan yang sama tinggi dengan pria, maka si pria akan lebih berhati-hati menghadapinya dan tidak akan menganggap terlalu remeh wanita itu.

Cuma risikonya, kalau wanita maju seperti itu menghadapi pria yang mudah tersinggung dan yang kalah inteligensinya, maka ia akan menghadapi pria yang ambles. Akan tetapi ini memang risiko yang harus dijalani dan dicarikan pemecahannya, tentunya.

Soal suami yang kelewat cemburu, dr. Roan menjelaskan, kecemburuan yang wajar biasanya hilang setelah suami itu bisa diyakinkan bahwa pasangannya tidak apa-apa dan tidak patut dicemburui. Namun, kalau kecemburuan itu tidak wajar, sampai membabi buta dan tidak masuk akal, maka ini cemburu patologis. Kawin cerai sampai empat kali pun, pria itu tetap akan mencemburui istrinya. Walaupun istrinya baru. Ini perlu disembuhkan oleh seorang psikiater.

Mengapa pula ada suami yang menyukai istri orang lain? Pria memang selalu ingin mencoba-coba karena ia makhluk yang sifatnya tidak konvensional, tapi agak menyerempet ke sana ke sini. Sedangkan wanita adalah makhluk yang senang mempertahankan nilai-nilai kesusilaan dan kemanusiaan. Menghadapi keadaan seperti ini, kewajiban wanitalah untuk membawa kembali pria itu ke jalan yang benar. Pria memang makhluk yang kurang ajar. Kadang-kadang!

Sementara tentang pria yang berpoligami, dikatakan oleh dr. Roan penyebabnya bisa macam-macam, tidak hanya karena satu sebab tertentu. Untuk menemukan jawaban yang agak mendekati kenyataan mungkin diperlukan satu simposium tersendiri.

Arswendo menanggapi hal itu dengan simpel sekali. Karena pria itu bego. Ia tidak tahu jalan keluarnya, lalu kawin (lagi). Padahal kalau ia mau berpikir dua tiga kali dulu dengan mempertimbangkan secara intelektual, apa akibatnya, apa untungnya dan bagaimana repotnya nanti menghadapi urusan tetek bengek yang bertambah, biasanya tidak jadi berpoligami.

Ada pria yang sudah punya istri cakep, agung, beragama, rapi selalu, servis memuaskan, tapi masih juga menyeleweng, bahkan kadang-kadang dengan pembantu?

Arswendo mengatakan, Nasib saja! Kalau kita sudah merasa cakep, agung, beragama, rapi, dan servis memuaskan (itu kalau benar, lo!), tapi suami masih saja begitu, ya dibuang saja. Berani tidak? Ha! Tinggal itu masalahnya.

Sementara, Dr. Roan menjawab, bahwa pria semacam itu memang justru mencari yang tidak cakep, tidak agung, tidak beragama, dan tidak rapi. (kafedago.com)

No comments: