Warning !!

Peringatan!! Banyak mengandung artikel atau informasi untuk khusus DEWASA.
Informasi yang ada di sini bukan sebagai pengganti anjuran dan terapi yang diberikan oleh dokter atau ahli bidang bersangkutan, namun diharapkan dapat menambah pengetahuan Anda. Sebaiknya Anda tetap mengkonsultasikan masalah Anda dengan dokter keluarga Anda atau ahli bidang bersangkutan.

Bila Anda ingin berbagi artikel/ info yang menarik dan sesuai dengan topik blog ini, silahkan berbagi dengan join dan posting ke info_pria@yahoogroups.com.
Semua sumber/ penulis dari pada artikel/ tulisan/ informasi yang dimuat sudah kami usahakan untuk dicantumkan. Bila ada kesalahan harap hubungi kami pada (info_pria-owner[at]yahoogroups[dot]com). Terima kasih.

LEBIH LENGKAP!! Dapatkan DVD Info-Pria, yang berisikan e-book, kumpulan artikel, software dan lainnya. Lebih rinci klik disini.

Thursday, April 12, 2007

Bimbingan Pribadi Turunkan Perilaku Seks Remaja

Sebagian orang tua mungkin merasa putus asa karena bimbingan dan anjuran yang mereka berikan kepada anaknya untuk melakukan hubungan seks yang aman sama sekali tidak membawa hasil. Agaknya, perubahan cara penyampaian pesan dapat membawa hasil dan menurunkan perilaku seks yang berisiko tersebut. Hal ini terungkap dari sebuah studi baru-baru ini.

Studi tersebut dilakukan terhadap 123 remaja putri di Amerika yang sedang menjalani pengobatan penyakit menular seksual (PMS). Menurut temuan para peneliti ini, remaja yang memperoleh bimbingan pribadi tentang perilaku seks yang aman ternyata makin sering menggunakan kondom ketika berhubungan. Selain itu, dibanding wanita usia muda yang mendapat “pendidikan standar”, kelompok yang memperoleh konseling pribadi ini mempunyai jumlah pasangan yang lebih sedikit. Juga, risiko mereka terkena PMS lainnya ternyata menurun. Semua hasil ini diperoleh setahun setelah mengikuti program tersebut.

Riset ini dilakukan sekelompok peneliti dari Fakultas Kedokteran Harvard di Boston, Amerika Serikat, dan hasilnya dimuat dalam Archives of Pediatric and Adolescent Medicine edisi Januari 2001 lalu. Menurut peneliti tersebut, harapan yang ingin dicapai dari studi ini ialah agar realitas PMS yang diderita kelompok ini dapat mendorong mereka mengubah perilaku berisiko tersebut.

Peneliti ini memberi kesempatan kepada remaja tersebut untuk mengubah bentuk bimbingan yang ditawarkan. Mereka dibiarkan memilih topik yang mereka anggap paling penting dan relevan bagi dirinya. Pemikiran dan perilaku masing-masing orang dipertimbangkan karena hal itu akan sangat mempengaruhi apa yang akan dia dengar dan sanggup dia terapkan dari bimbingan tersebut.

Usia remaja yang dilibatkan dalam studi ini berkisar antara 13 dan 22 tahun dan terdiri dari ras yang berbeda. Semua mengikuti empat kali pertemuan pribadi yang telah ditentukan dalam kurun waktu setahun. Dari pertemuan ini ditemukan bahwa perilaku seks yang berisiko turun tajam di kalangan remaja yang ikut program tersebut. Misalnya, mereka makin sering menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks dibanding remaja lain pada umumnya.

Peneliti ini pun menganjurkan agar para orang tua memanfaatkan bentuk bimbingan semacam ini ketika bicara dengan anak-anaknya tentang hubungan seks yang aman. Menurutnya, orang tua perlu mengubah taktiknya untuk menyampaikan pesan-pesannya. Selain itu, orang tua juga perlu mengenali ‘pesaing’nya ? yaitu teman-teman, citra media, dan model-model peran yang ditiru anak-anaknya. Singkatnya, katanya, orang tua perlu membuka mata dan melakukan pembicaraan terbuka dengan anaknya.

No comments: