Warning !!

Peringatan!! Banyak mengandung artikel atau informasi untuk khusus DEWASA.
Informasi yang ada di sini bukan sebagai pengganti anjuran dan terapi yang diberikan oleh dokter atau ahli bidang bersangkutan, namun diharapkan dapat menambah pengetahuan Anda. Sebaiknya Anda tetap mengkonsultasikan masalah Anda dengan dokter keluarga Anda atau ahli bidang bersangkutan.

Bila Anda ingin berbagi artikel/ info yang menarik dan sesuai dengan topik blog ini, silahkan berbagi dengan join dan posting ke info_pria@yahoogroups.com.
Semua sumber/ penulis dari pada artikel/ tulisan/ informasi yang dimuat sudah kami usahakan untuk dicantumkan. Bila ada kesalahan harap hubungi kami pada (info_pria-owner[at]yahoogroups[dot]com). Terima kasih.

LEBIH LENGKAP!! Dapatkan DVD Info-Pria, yang berisikan e-book, kumpulan artikel, software dan lainnya. Lebih rinci klik disini.

Sunday, March 11, 2007

Tolerir Poligami Dan Ijinkan Selingkuh Merugikan Peran Wanita

AREA Magazine
10 January 2007

STAND BY YOUR MAN
...but not if he's a creep

oleh Wimar Witoelar

Dua cerita heboh menguasai layar televisi dan halaman tabloid. Satu adalah cerita tentang orang yang dianggap suci dan banyak memberikan ceramah mengenai budi pekerti halus serta kehidupan keluarga yang harmonis. Ternyata dia melakukan poligami (setelah mundur maju selama lima tahun dengan tiga calon obyek yang berbeda) karena katanya poligami masih lebih bagus daripada TTM. Satu lagi adalah cerita tentang anggota DPR dan pimpinan partai besar, bidang keagamaan. Dia tidak melakukan poligami tapi tyer-ekspose dalam rekaman video melakukan adegan seks. Tokoh pria yang ini tidak banyak bicara, tapi rupanya dia menganggap seks bebas masih lebh bagus dari poligami. Orang yang tidak melakukan poligami dan tidak merekam seks bebas di video tidak masuk berita. Jadi sampai sekarang, perhatian masyarakat terpusat pada dua kejadian ini dan dua orang ini. Berarti perhatian teralih dari soal lain yang sedang melanda kehidupan orang.

Satu hal yang menarik adalah, pada awalnya orang sibuk memberitakan dua kejadian itu. Tapi lama-lama orang lebih banyak memperhatikan orangnya yang terlibat. Muncul selebriti baru di acara infotainment, atau selebriti lama dengan peran baru. Penceramah agama yang kondang dan kaya, istrinya yang setia dan pasrah bersama tujuh anaknya, istri muda yang sekarang hidup enak, bekas model dan masih cantik. Dalam cerita yang satu lagi, fokus terpusat pada anggota DPR yang kemudian diberhentikan, istrinya yang juga setia dan sabar. Semua membuat kita prihatin terhadap para korban, kaum perempuan yang disia-siakan oleh lelaki yang menyalahgunakan kepercayaan mereka. Dalam cerita ini ada juga pemeran lain yaitu partner adegan video "DPR-RI" yang sangat rajin menyambut publisitas, dalam semangatnya untuk - yes! - menjadi selebriti instan.

Yang tersisa bukan wawasan yang lebih maju mengenai dua gejala pelanggaran sosial. Tapi justru yang mencuat adalah cerita kelahiran beberapa superstar media. Betul juga kata orang bahwa gosip lebih mengasyikkan daripada mikir. Lebih asyik bicara tentang orang-orang yang mendadak terkenal ini daripada membahas gejala poligami dan gejala tokoh politik yang tidak bermutu. Semula dua laki-laki bernafsu itu boleh dikatakan berjasa sebab mengangkat dua masalah kepermukaan, masalah poligami dan masalah politikus asalan. Kebetulan dua masalah itu masalah sosial. Artinya, merugikan orang yang memberikan kepercayaan. Tapi apakah wacana mengenai pelanggaran sosial akanb berlanjut?

Waktu kecil, kakak saya pernah menerangkan: "Great minds discuss issues, average minds discuss events, small minds discuss people." Kalau Orang Biasa sih, kadang-kadang punya small mind, kadang-kadang punya great mind. Kemarin ada teman kerja saya mengutip ilmiawan sinar radioaktif Marie Curie: "Be less curious about people and more curious about issues." Iya lah, memang betul, tapi mana bisa? Kalaupun banyak yang senang nonton bola, masih banyak lagi yang senang gosip pertengkaran pemain dan pelatih, atau gaji dan gaya hidup, kehidupan pribadi bintang sepakbola. Banyak orang mengikuti politik, tapi lebih banyak yang megikuti gosip tentang orang politik.

Di negara maju semacam Amerika Serikat sekalipun, pemenang pemilihan umum banyak ditentukan oleh profil pribadi sang calon, ketimbang sikap calon dalam berbagai issue. Jadi walaupun Madame Curie dan orang pandai mengingatkan kita dari dulu, tetap saja orang lebih ingin tahu gosip pribadi seseorang daripada permasalahan yang membuat orang itu terkenal. O.J. Simpson bisa populer lagi walaupun ia diduga melakukan pembunuhan, Soeharto tetap dikagumi walaupun melakukan kejahatan negara. Pembunuh lebih terkenal daripada orang yang dibunuhnya.

Seorang webmaster memberikan komentar pada konten blog dimana orang menanggapi dua peristiwa pelecerhan perempuan yang kita bahas disini, khususnya soal poligami dan soal pengkhianatan: "Di luar masalah pribadi, di luar masalah agama, ada krisis besar untuk kaum perempuan Indonesia. Daripada kasihan sama dua perempuan yang tidak ada harga diri dan mencari kenyamanan finansial (hello, golddiggers! we love for money!) , kasihanlah sama citra perempuan lain yang berjuang terus, punya harga diri, dan berani tegas pada orang sekitarnya yg melakukan kejahatan atau sekedar malu2in. Shame on perempuan yang pakai istilah "Berbakti pada suami " (walaupun dia kotor?) dan "Stand by your man " (even if he's a creep?) seakan-akan itu kegunaan wanita di dunia. Padahal wanita itu mulia. Kebanyakan wanita diluar dua contoh ini sangat tegar dan tidak murahan. Hidup perjuangan peran perempuan! Jangan mau diinjak-injak lelaki, jangan mau disamakan dengan yang murahan.

Siapa yang menulis kata-kata keras itu? Tidak penting siapa, yang penting sikapnya terhadap masalah, dan masalah itu sendiri. We deal with issues.
(perspektif.net)

No comments: